Kini aku tertidur di dadamu. Entah keringat, entah titik hujan. Aku merasa detak yang berdebar-ringan, seperti jantung awan.
Pada perjalanan panjang, langkahku bersitegang. Mereka menduga-duga, inikah ragu, yang sering membuat engkau gagu?
Keindahan cinta, ada dalam rupa seekor kupu-kupu. Di kuntum dadamu, ia hinggap seusai terbang tinggi, lalu memilih mati.
Dan rindu, adalah kacau yang teratur, racau tapi tak melantur. Sebab di dalamku, kau tak sekalipun meluntur.
Mungkin kelak, ada yang kembali menggerakkan jemariku, tuk menuliskanmu. Tanpa habis tinta, tanpa perlu habis air mata.
No comments:
Post a Comment