Free S - Heart Cursors at www.totallyfreecursors.com
aulikkeave: March 2012

Friday, March 16, 2012

Sajak Bagi Matamu

Matamu padang belukar, akulah pelanduk liar. Tak letih kejar berkejaran ketika lapar, untuk sesegera mungkin menujumu, akar segala debar.

Matamu semak perdu, hijau zamrud irisnya, pusat semarak rindu. Di kelopakmu aku berteduh, sebab tiada lebih nyaman, selain diangin-anginkan angan.

Matamu api berkobar, akulah hutan terbakar.  Darahku semerah bata, nadiku lesap-berasap, lenyap segala kata, di muara memar pelupuk, melapuk duka.

Matamu mata air, sumber air mata. Kau tuang ia, yang lebih asam dari cuka, di tempayan luka. Curahan cerah juga keruh, meluber kenang, menggenang ruh.

Matamu deru debu padang pasir, sejumput nyeri yang udara arsir. Dan aku kau namai musafir, yang masih berkelana di sana, hingga kau sendiri yang usir.

Tuesday, March 13, 2012

Aku Ingin Engkau Juga Mempelajariku


aku belajar darimu
untuk mendengar yang tak didengar
semisal debar, muasal getar
apa yang membuat rindu tak lagi sabar

aku belajar darimu
untuk merasa segala pepati rasa
atas asa yang basa dan biasa
hanya agar batin tak tampak binasa

aku belajar darimu
untuk melihat yang tak terlihat
dari sederhana isyarat hingga rumit gelagat
mataku mencatat keindahan lamat-lamat

aku belajar darimu
untuk mengecap manis rengganis
bak gula kapas di bibir tipis
biang gula, surga yang lidah lukis

by: kawahluka

Wednesday, March 7, 2012

Mungkin Seperti Ini, Mungkin Juga Bukan

Aku arus dingin di sungaimu, kita saling menghanyutkan, tanpa keterpaksaan, hingga larut luka-luka, di muara mara.

Kini aku tertidur di dadamu. Entah keringat, entah titik hujan. Aku merasa detak yang berdebar-ringan, seperti jantung awan.

Pada perjalanan panjang, langkahku bersitegang. Mereka menduga-duga, inikah ragu, yang sering membuat engkau gagu?

Keindahan cinta, ada dalam rupa seekor kupu-kupu. Di kuntum dadamu, ia hinggap seusai terbang tinggi, lalu memilih mati.

Dan rindu, adalah kacau yang teratur, racau tapi tak melantur. Sebab di dalamku, kau tak sekalipun meluntur.

Mungkin kelak, ada yang kembali menggerakkan jemariku, tuk menuliskanmu. Tanpa habis tinta, tanpa perlu habis air mata.